Cross Cultural Understanding for Intellectual and Character
Foto: Multimedia UNAI
Yang bila diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia artinya: Pemahaman Lintas Budaya untuk Kepandaian dan Karakter telah dipih menjadi Tema utama dari Seminar yang dilaksanakan pada hari Minggu tepatnya pada tanggal 12 November 2017 yang lalu. Bertempat di Theater Room lantai 4 Gedung Perkuliahan Universitas Advent Indonesia, kegiatan Seminar yang diorganisir oleh seluruh mahasiswa dan mahasiswi tingkat akhir Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ini telah sukses memperkaya pengetahuan juga memberikan informasi-informasi yang sangat berharga untuk sebanyak 250 peserta seminar yang terdiri dari seluruh mahasiwa UNAI yang berasal dari fakultas-fakultas yang ada di UNAI ini, juga beberapa guru dari Perguruan Advent yang ada di Bandung. Pasalnya, para komite seminar ini telah berhasil membawa Bapak Drs. Parulian Sihotang, MA, MA, dimana beliau ini adalah Direktur Pendidikan untuk Uni Indonesia Kawasan Barat, serta Ibu Rosemarie Kowalski, Ph.D yang mendapatkan gelar Philosophy Doctoral-nya dalam bidang Intercultural Studies dari Northwest University, Kirkland, USA. Ibu R. Kowalski juga mengajar mengenai Intercultural Studies, Metodologi Penelitian, dan melayani berbagai organisasi termasuk AAR. sebelum Narasumber pertama memulai presentasinya, ada beberapa kata sambutan yang dilayangkan oleh Bapak A. Limbong yang mewakili UNAI dalam menyambut pembicara Narasumber, beliau juga memukul gong yang menandakan bahwa Seminar telah resmi dimulai, disusul oleh Ibu. L. Sihotang selaku Dekan FKIP, Michael Polii selaku ketua HIMA FKIP, dan Feby Yolanda Sanaki selaku ketua pelaksana mewakili seluruh komite untuk menyambut para pembicara. Acara seminar ini merupakan tugas akhir dari Matakuliah Seminar yang berada dibawah bimbingan Ibu C. Katemba-Tobing dan Ibu L. Sihotang. Presentasi seminar pertama dibawakan oleh Bapak. P. Sihotang.
Beliau menyampaikan untuk menjadi seseorang yang memiliki Intelegensi yang tinggi juga berkarakter baik, mereka harus memperkaya dirinya dengan ilmu pengetahuan. Namun, memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan saja sangatlah kurang. Mereka harus menyeimbangkannya dengan ilmu sorgawi dan mempelajari Firman Tuhan. Karena tujuan akhir dari setiap pribadi bukanlah dunia ini dan segala kehebatannya, melainkan kekekalan abadi surga.
Dan presentasi seminar yang kedua dibawakan oleh Ibu. R. Kowalski. Beliau menyampaikan bilamana seseorang yang akan atau ingin melintasi sebuah budaya, orang tersebut haruslah mempelajari budaya itu terlebih dahulu, mempelajari hal-hal tabu bagi budaya tersebut, dan banyak membaca atau mencari tahu tentang budaya serta perkembangan budaya itu sendiri. Karena jika tidak dipelajari terlebih dahulu, orang- orang atau bangsa yang yang memiliki budaya tersebut akan merasa terlecehkan atau dihina. Sama halnya seperti pengalaman Ibu R. Kowalski, beliau terlahir sebagai orang Kanada atau Canadian, dia menikah dengan Bapak Kowalski dan pindah berdomisili ke USA bersama suaminya. Tentu sangat berat bagi beliau, beliau yang terbiasa untuk tidak suka hal-hal privasinya diganggu. Seperti contohnya kamar ataupun kamar mandi milik pribadinya dimana hanya dia yang memakainya, namun berubah setelah menikah, bahkan ia juga harus berbagi dengan suaminya. Tetapi, setelah ia menikah dia mencoba untuk terbiasa, karena Ayah dari Ibu Kowalski pernah mengajarkan beliau untuk selalu menghormati orang yang lebih tua dari dirinya, begitu juga dengan laki-laki terlebih suami sendiri. Setelah presentasi selesai, Ibu Kowalski membuka sesi tanya-jawab yang juga dibantu oleh beberapa orang untuk memberi jawaban dan contoh sesuai dengan pengalaman mereka dalam melintasi budaya-budaya.
Ada Agus seorang mahasiswa yang mempelajari tentang pariwisata, dimana ia harus menguasai banyak Bahasa seperti B. Inggris, Rusia, Prancis, Jerman dan masih banyak lagi. Tak hanya mempelajari Bahasa, Agus dituntut juga untuk mempelajari budayanya. Yang kedua ada Lisa Brown, dia adalah seorang perempuan keturunan America namun sudah cukup lama tinggal di Indonesia tepatnya Bali, dan Bandung. Dan ada 1 pria berasal dari urganda yang bernama Robert. Dan ia berada di Indonesia ini karena sedang berkuliah Pasca Sarjana di Universitas Padjajaran, jurusan Geology. Pertanyaan demi pertanyaan telah dijawab dengan baik dikarenakan mereka menjawabnya sesuai dengan pengalaman pribadi mereka dalam melintasi budaya. seusai para Narasumber mempresentasikan materi, ada sebuah pelakat diberikan khusus sebagai kenang-kenangan agar mereka selalu mengingat UNAI. Dan tak kalah penting, presentasi ketiga adalah Perkenalan Program Beasiswa Fulbright yang dibawakan oleh Bapak Bagus Arya Wirapati, SE, M.Sc. Bapak Bagus Arya Wirapati ini adalah salah satu dari sekian banyak orang yang mendapatkan beasiswa dari Fulbright dan bersekolah ke USA.
Fulbright adalah sebuah yayasan yang diprakasai oleh J. William Fulbright, dimana tujuan dari yayasan ini ketika perang dunia kedua usai, beliau ingin memperbaiki keadaan dunia pasca perang. Ia ingin orang-orang dari berbagai belahan dunai saling menyayangi dan memahami. Sehingga Bapak J. Fulbright membuat yayasan yang mendanai biaya pendidikan hingga keluar negeri. Sehingga orang-orang dapat mempelajari budaya dan saling mengasihi satu dengan yang lain, mengasihi orang-orang yang berbeda suku dan budayanya. Tak hanya di Indonesia, Yayasan Fulbright tersebar juga diseluruh dunia. Meskipun jam makan siang para peserta terlewat, para komite telah mengatur agar para peserta tetap dapat makan siang bersama narasumber seminar di kafetaria UNAI. Dan seminar tetap berjalan dengan baik dan lancar hingga doa tutup dilayangkan.
(Michelle Pardede)