Penyusunan Cetak Biru Jabar Resilience Province 2018/2019
Foto: Multimedia UNAI
Bandung. Pemerintah Provinsi Jawa Barat, melaui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengadakan workshop kick off meeting Jawa Barat resilience culture province yang dilaksanakan pada tanggal 30 Januari 2019, bertempat di The Trans Luxury Hotel.
Universitas Advent Indonesia (UNAI) merupakan 1 dari 17 perguruan tinggi se-Jawa Barat baik perguruan tinggi negeri maupun swasta yang mendapatkan kesempatan untuk ikut serta. Bpk Samuel Maju Simanjuntak dan Bapak Yunus Elon merupakan utusan kampus untuk memenuhi undangan tersebut. Adapun tujuan dari kegiatan ini dalam rangka, penyusunan cetak Biru Jawa Barat Resileince culture province, sebagai dasar dalam membangun budaya sadar bencana dan ketangguhan masyarakat Jawa Barat dalam menghadapi bencana.
Acara workshop ini dikemas dengan model edutainment dan participative yang dimulai pada jam 08.30 sampai 16:00 WIB. Setelah seremoni pembukaan oleh Kalak BPBD dalam sambutannya beliau menyatakan bahwa paradigma kita masih tanggap darurat, untuk itu perlu perubahan ke mitigasi kesiap siagaan bencana. Dan setelah pembukaan dilanjutkan dengan PLENO sesi 1 yaitu Kebiajakan PB Indonesia “Membangun Indonseia tangguh dari Provinsi Tangguh”. Dalam sesi ini membahas tentang Inovasi SFDRR yaitu pergeseran paradigma dari mengurangi kerugian bencana ke risiko bencana. Pergeseran dari pengelolaan bencana ke pengelolaan risiko bencana. Penambahan ancaman slow-onset, skala kecil dan biologis serta ancaman akibat ulah manusia.
Perluasan lingkup aksi yang meliputi juga pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi. Pergeseran dari apa yang akan dilakukan? ke bagaimana? from “what to do?” to “how to do?” Adapun SFDRR menetapkan 7 target global antara lain Mengurangi: Kerusakan infrastruktur, JUmlah keruhian akibat bencana, Jumlah penduduk terdampak bencana dan kematian akibat bencana serta Meingkatkan: Ketersediaan informasi dan EWS, Kerjasama international serta Strategi PRB Nasional dan Lokal.
Memasuki sesi 2 dengan topik rencana induk penanggulangan bencana yang dilatar belakangi oleh data DIBI BNPB dimana sepanjang kurun waktu 2005-2015 atau satu decade terjadi 15.458 dimana 75.35% merupakan bencana-bencana Hidrometerologi berupa, bencana banjir, gelombang ekstrim, kebakaran hutan, kekeringan serta cuaca ekstrim. Dan 24.65% bencana geologi berupa, gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, dan tanah longsor. Dan dari semua kejadian ini selalu disertai dengan banyaknya korban jiwa serta kerugian ekonomi.
Pada sesi 3 membahas tentang system mitigasi bencan terintegrasi untuk mendukung jabar resilience province dan dilanjutkan dengan topik membangun jawa barat berbasis mitigasi bencana menuju jabar Resilience province. Dan pada sesi terakhir membahas tentang menggalakkan upaya konservasi dan mitigasi alami dalam penanggulangan bencana di Jawa Barat. Dan salah satu cara yang dapat diguanakan adalah dengan VETIVER system. Yaitu tanaman rumput permanen berdaun kasar yang banyak ditemukan di daerah tropis dimana tanaman ini memiliki akar yang panjang hingga 6 meter dimana akarnya setara dengan 1/6 kawat baja serta mampu untuk menjaga kestabilan struktur tanah. Acara diakhiri dengan foto bersama dan berdoa.
Kiranya kegiatan ini akan menjadi momentum untuk terbentuknya kampus siaga bencana di UNAI.
(Humas, Yunus Elon)